Life

Istilah ‘Aura Magrib’ Viral di Medsos, Lahir dari Anggapan Standar Kecantikan yang Tidak Realistis

×

Istilah ‘Aura Magrib’ Viral di Medsos, Lahir dari Anggapan Standar Kecantikan yang Tidak Realistis

Sebarkan artikel ini


Istilah ‘aura magrib‘ belakangan ini menjadi viral di media sosial. Bahasa gaul ini muncul pertama kali saat netizen ramai mengomentari penampilan artis Fuji dari video lawasnya. Lantas, apa itu aura magrib?

Tren yang silih berganti di media sosial memang kerap melahirkan banyak istilah-istilah baru, tak terkecuali belakangan ini yang menjadi viral yaitu aura magrib. Namun, tentu, tak semua tren atau istilah memiliki makna yang positif.

Istilah aura magrib merujuk pada penampilan fisik seseorang yang memiliki warna kulit gelap. Seperti diketahui, magrib adalah ketika waktu matahari terbenam dan langit berubah menjadi gelap. Suasana gelap ini kemudian dikaitkan untuk meledek seseorang yang memiliki warna kulit gelap.

Istilah ini menuai kontroversi di media sosial karena maknanya yang negatif, yaitu seolah menganggap memiliki kulit gelap adalah hal buruk. Tak hanya itu, istilah aura magrib juga dianggap rasis dan bernuansa body shaming.

Artis Tanah Air yang Jadi Korban Istilah Aura Magrib
Fuji/Foto: Instagram @fuji_an

Fuji/Foto: Instagram @fuji_an

Tak sedikit artis Tanah Air yang menjadi korban dari istilah aura magrib yang berujung pada body shaming. Selebgram Fujianti Utami Putri atau akrab disapa Fuji menjadi korban pertama.

Hal ini berawal ketika video lawas Fuji muncul kembali di media sosial. Berambut pendek di atas leher membuat penampilan Fuji berbeda dengan yang sekarang. Video itu kemudian menjadi viral dan tak sedikit netizen yang mengomentari penampilan Fuji dengan istilah aura magrib.

Selain Fuji, artis lainnya yang dijuluki aura magrib oleh netizen seperti penyanyi Naura Ayu, Marion Jola, presenter Melaney Ricardo, aktris Shenina Cinnamon, hingga Amel Carla. Komentar aura magrib yang bernuansa body shaming itu dilontarkan karena netizen merasa deretan artis itu tidak putih layaknya standar kecantikan yang mereka percayai.


Deretan Artis yang Speak Up soal Istilah Aura Magrib
Naura Ayu

Naura Ayu/Foto: Instagram @naura.ayu

Beberapa artis yang dijuluki aura magrib tidak tinggal diam. Menggunakan platform yang dimiliki, para artis ini berusaha mengedukasi bahwa semua warna kulit itu indah. Mereka juga mengingatkan netizen untuk tidak bercanda dengan istilah magrib yang memiliki makna indah.

Marion Jola membela Fuji yang sempat diledek memiliki aura magrib oleh netizen. Menurut pelantun lagu Jangan, waktu magrib justru merupakan momen yang indah, yaitu ketika matahari terbenam dan membuat pemandangan langit terlihat memukau. Marion menyayangkan istilah tersebut justru digunakan untuk memberikan ledekan atau merendahkan orang lain.

Penyanyi Naura Ayu juga mengecam istilah aura magrib yang viral di media sosial. Menurutnya, waktu magrib yang sakral dalam agama bukan hal sesuatu yang menjadi bahan bercandaan.

“Sedih deh sekarang banyak yang suka pake waktu-waktu sholat sebagai plesetan negatif. “aura maghrib” nanti di bales “aura isya”. Maksud aku udah salah, racist terus gabisa menghargai muslim tuh udah kacau sih,” tulis Naura di akun X (sebelumnya Twitter), @nnauraayu, Sabtu (22/6).

Menanggapi komentar aura magrib yang dilayangkan kepadanya, Naura membalas bahwa ia mencintai penampilannya.

” Pls educate urself. kalo emang saya ga putih kenapa? ini perihal ini aku mau bgt stand up. kalo ada kampanye pemberhentian komen aura maghrib aku garda depan😭 saya emg ga mancung, putih dan saya gamau jg 🙂 i love myself

Senada dengan Naura Ayu, artis Amel Carla juga mengingatkan netizen untuk tidak membuat candaan berbau agama. 

“Kalau berbau agama alangkah baiknya jangan dijadiin bercandaan aura maghrib gelap gitu ah, maghrib itu santai nggak sih. Makanya yang berbau SARA mending nggak usah,” ujarnya ditemui di Studio Trans TV, Minggu (7/7), dilansir dari detikHOT.


Istilah Aura Magrib Lahir dari Standar Kecantikan yang Tidak Realistis
Hal-hal yang perlu kamu ketahui tentang colorisme, diskriminasi warna kulit

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/YuriArcursPeopleImages

Kemunculan istilah aura magrib yang bernuansa body shaming ini memang sangat disayangkan. Hal ini tak lepas dari masyarakat yang masih terbelenggu dengan standar kecantikan tidak realistis yang selama ini masih beredar.

Standar kecantikan yang saat ini dilanggengkan masyarakat masih berkutat pada perihal fisik, seperti tubuh kurus, kulit putih, hidung mancung, dan rambut lurus. Hal ini tak pelak membuat sebagian perempuan merasa insecure dengan bentuk tubuh dan wajah yang dimilikinya.

Padahal, semua orang memiliki ciri khasnya masing-masing. Perlu diingat, kecantikan itu beragam dan semua perempuan cantik dengan caranya tersendiri, tak peduli dengan warna kulit, bentuk tubuh, atau tipe rambutnya.

Ketika muncul seseorang dengan penampilan yang dirasa tidak sesuai dengan standar kecantikan yang selama ini diamini, tak sedikit yang langsung menghina dan menjurus pada body shaming. Padahal, standar kecantikan ini pada akhirnya dapat membatasi ruang gerak seseorang untuk bebas berkarya, berekspresi, serta menentukan pilihan hidupnya.

Yuk, mulai sekarang pahami bahwa semua warna kulit itu indah. Banggalah dengan penampilan diri tanpa harus menjatuhkan orang lain. Stop body shaming!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin, Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!


(naq/naq)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *