Life

Di Balik Kemilau Glitter Makeup, Ada Jerit Pilu Pekerja Anak India yang Jadi Penambang Mika

×

Di Balik Kemilau Glitter Makeup, Ada Jerit Pilu Pekerja Anak India yang Jadi Penambang Mika

Sebarkan artikel ini


Makeup, bisa dibilang, sudah menjadi bagian tak terpisahkan untuk banyak perempuan. Ada banyak jenis makeup yang digunakan, mulai dari lipstick, maskara, eyeshadow, blush on, dan masih banyak lagi. Glitter pada makeup membuat tampilan semakin menawan dan berkilau.

Namun, tahukah kamu ada jerit pilu anak-anak India di balik kemilau glitter dalam produk makeup yang kita gunakan?

Ya, anak-anak di India dieksploitasi untuk menambang mika, yaitu bahan utama yang digunakan untuk membuat glitter pada makeup. Dari cat kuku hingga lipstik, mika ditemukan dalam kosmetik yang digunakan jutaan orang setiap hari.

Namun, kilau glitter pada makeup ini sering kali diperoleh dengan membahayakan nyawa anak-anak malang di India.

Tingginya Angka Kemiskinan Jadi Faktor Munculnya Pekerja Anak
Ilustrasi glitter makeup

Ilustrasi/Foto: Freepik/freepik

Dilansir dari The Borgen Project, India memproduksi 60 persen dari seluruh lembaran mika di dunia. Mineral ini secara eksklusif ditemukan di empat negara bagian di India, yaitu Andhra Pradesh, Jharkhand, Bihar, dan Rajasthan.

Bihar dan Rajasthan merupakan dua negara bagian dengan tingkat kemiskinan paling tinggi. Kombinasi antara kekayaan sumber daya dan kemiskinan ekonomi menjadi salah satu faktor utama tingginya angka pekerja anak di tambang mika di India.

Banyak keluarga yang tinggal di wilayah ini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kendala keuangan menghalangi mereka menyekolahkan anak. Bahkan, keluarga-keluarga ini bergantung pada anak mereka yang menjadi pekerja untuk menghasilkan pendapatan dan bertahan hidup.

Anak-anak yang bekerja di pertambangan mika memperoleh upah harian rata-rata yang sangat kecil, yaitu lima belas rupee, setara dengan Rp2,9 ribu. Alasan banyak anak yang menjadi pekerja di tambang mika karena kemampuan mereka menavigasi gua dan terowongan sempit tempat ekstraksi mika terjadi.

Kisah Pooja Bhurla: Demi Beri Makan Keluarga, Rela Hadapi Risiko Mengancam Nyawa
Ilustrasi pekerja anak di India

Ilustrasi pekerja anak di India/Foto: Dok. Thomson Reuters Foundation News

Pooja Bhurla, seorang pekerja anak, menceritakan bagaimana kesehariannya bekerja di tambang mika kepada laman Refinery29. Setiap pagi, ia berangkat kerja bersama ayahnya menuju lokasi tambang.

Keduanya berjalan dengan susah payah menyusuri jalan tanah yang berkelok-kelok melewati pinggiran desa kecil tempat mereka tinggal. Pooja dan teman-temannya, yang beberapa di antaranya berusia lima tahun, akan menghabiskan sisa hari itu dengan berjalan-jalan di terowongan kecil buatan di tanggul di sekitar area tersebut.

Berbekal pemecah es, palu, dan keranjang, mereka dengan hati-hati melubangi sisi dan belakang lubang kecil untuk melonggarkan batu dan tanah sebelum dengan hati-hati menariknya keluar dari tambang. Anak-anak bergiliran membuang keranjang mereka ke atas alat pengayak yang memperlihatkan segenggam mika, komposit mineral berkilau yang telah terbentuk di bawah tanah selama ratusan tahun. Pipi pekerja anak itu dipenuhi dengan debu berkilauan.

Jika Pooja beruntung, dia akan mendapat penghasilan antara 20 hingga 30 rupee untuk satu hari kerja (setara Rp3,8 ribu hingga Rp5,8 ribu). Menjadi penambang mika tidak hanya membuat Pooja tidak bisa bersekolah, namun juga mengancam nyawanya setiap hari.

Jika sebuah tambang runtuh saat dia berada di dalamnya, maka Pooja bisa saja terluka, lumpuh, atau yang paling fatal, meninggal dunia. Risiko ini harus dihadapi oleh sekitar 22 ribu anak yang bekerja di tambang mika di Jharkhand dan Bihar.

Pooja menyadari betul risiko yang ia hadapi. Bagian atas tangannya sudah penuh bekas luka akibat batu tajam yang jatuh. Ia sering teringat tentang anak laki-laki seusianya yang meninggal di tambang terdekat ketika tambang itu runtuh.

Namun, demi memberi makan keluarganya, Pooja rela menghadapi risiko itu setiap hari.


Kisah Surma Kumari: Kehilangan Saudara Akibat Tambang Runtuh
Keluarga Kumari di India

Kisah Surma Kumari: Kehilangan Saudara Akibat Tambang Runtuh/Foto: Dok. Refinery29/Jack Pearce

Berdasarkan penyelidikan Refinery29, mereka menemukan tambang di Jharkhand dengan anak-anak yang bekerja berusia lima tahun. Sebagian besar melaporkan bahwa mereka tidak bersekolah dan sudah lama bekerja di pertambangan. Meski satu pun dari mereka yang tahu di mana mika itu berakhir, tapi semua orang tahu bahaya yang harus dihadapi.

Menghirup debu di tambang mika dapat menyebabkan infeksi, penyakit, dan kerusakan permanen pada paru-paru, namun ada risiko yang jauh lebih besar yang paling mengkhawatirkan penduduk setempat, yaitu tambang runtuh. Hal itu dialami oleh keluarga Kumari.

Surma Kumari dan saudara perempuannya Lakmi, yang berusia belasan sedang bekerja di sebuah tambang ketika tambang itu mulai runtuh. Saat mereka mencoba lari, Surma terjebak di bawah batu dan Lakmi terkubur di bawah tumpukan puing.

Ayah dan ibu mereka sedang berada di desa ketika mendengar ada kecelakaan, namun, saat mereka sampai di tambang, Lakmi sudah meninggal.

“Kami tidak bisa mengeluarkannya selama satu jam,” kata Surma yang berhasil selamat.

Satu tahun sejak peristiwa tragis itu, Surma masih harus berjuang menghadapi patah kaki dan kerusakan pada tulang belakangnya. Ayahnya meminjam uang untuk mendapatkan perawatan medis dasar, dan dia menghabiskan waktu berminggu-minggu di rumah sakit, diikuti dengan istirahat selama enam bulan di rumah.

Salah satu kakinya sekarang lebih panjang dari yang lain, dan Surma tidak bisa berlari atau bermain.

“Masih sakit saat saya berjalan,” katanya.

Surma memutuskan untuk berhenti menambang dan kembali ke sekolah setelah pulih. Dia tidak tahu apakah keadaan akan menjadi lebih baik atau lebih buruk, tapi keluarganya berharap yang terbaik saat mereka menyesuaikan diri tanpa kakak perempuannya.

Ayah Surma, Kishar Kumari, menceritakan bahwa kematian adalah hal yang sangat umum sehingga para pedagang yang mengendalikan kelompok tambang ini mempunyai tarif tertentu yang akan mereka berikan kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai saat menambang.

“Untuk setiap orang yang meninggal, mereka memberikan 30 ribu rupee [sekitar Rp5,8 juta],” kata Kishar.

Namun, para penguasa tambang itu tidak memberikan fasilitas kepada pekerja demi keselamatan mereka saat bekerja. Kishar mempunyai pilihan terbatas untuk mencari nafkah, jadi dia masih bekerja di tambang yang sama, tapi memilih tetap berada di atas tanah untuk memilah mika karena risikonya lebih rendah.

“Tidak ada bentuk [pekerjaan] lain,” jelasnya. “Saat Anda lapar, tidak ada jalan lain.”

Tambang Mika di India
Ilustrasi pekerja anak di India

Ilustrasi pekerja anak di India/Foto: Dok. Kailash Satyarthi Children’s Foundation

Bahan mentah yang digali oleh pekerja anak di India akan dikumpulkan oleh broker yang menjualnya ke eksportir, yang kemudian mengirimkannya ke produsen, biasanya di China. Kemudian digiling menjadi pigmen halus seperti mutiara yang dibeli oleh perusahaan kecantikan internasional untuk menambahkan hasil akhir reflektif pada eyeshadow, perona pipi, lipstik, dan masih banyak lagi.

Menurut The Borgen Project, pemerintah India mengumumkan pada 2017 bahwa mereka akan melegalkan penambangan mika untuk mengatur produksinya dengan lebih baik, menghilangkan pekerja anak dari rantai pasokan dan memberantas ‘mafia mika’.

Meskipun ada pengumuman ini, pada 2020, penambangan mika ilegal tidak berhasil diberantas, justru malah berkembang pesat. Namun, hadirnya Inisiatif Mika Bebas Pekerja Anak menjadi harapan dalam perjuangan melawan pekerja anak di pertambangan mika di India.

Inisiatif ini bekerja sama dengan anak-anak, masyarakat sipil, masyarakat lokal, serta pemerintah provinsi untuk menghapuskan segala bentuk pekerja anak di pertambangan mika di Jharkhand dan Bihar.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin, Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!



(naq/naq)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *