Life

Gelombang Panas Melanda Yunani, Sejumlah Turis Hilang-Tewas saat Berlibur

×

Gelombang Panas Melanda Yunani, Sejumlah Turis Hilang-Tewas saat Berlibur

Sebarkan artikel ini


Seorang turis asal Amerika Serikat ditemukan tewas di Yunani, di tengah gelombang panas yang tengah melanda negeri tersebut. Sebelumnya, turis berusia 55 tahun itu dinyatakan hilang di Pulau Mathraki pada Rabu (19/6). Pria itu sedang melakukan pendakian sebelum dinyatakan hilang.

Dilansir dari BBC, pria berprofesi sebagai penyiar publik itu terakhir kali terlihat di sebuah bar. Setelah dinyatakan menghilang dan dilakukan pencarian, mayatnya ditemukan di pantai terpencil di pulau kecil itu dan telah dibawa ke rumah sakit di pulau Corfu yang lebih besar di dekatnya untuk diautopsi.

Penemuan mayat turis Amerika ini menambah daftar panjang wisatawan yang hilang atau tewas selama gelombang panas di Yunani. Sebelumnya, seorang turis asal Belanda berusia 74 tahun dinyatakan tewas setelah menghilang melakukan pendakian solo di pulau Samos.

Sementara itu, pencarian terus dilakukan terhadap Albert Calibet, 59 tahun, pensiunan polisi dari California. Calibet dilaporkan menghilang di Amorgos minggu lalu setelah gagal kembali dari pendakian.

Pemerintah Yunani juga masih melakukan pencarian terhadap dua perempuan Prancis di pulau Sikinos, berusia 73 dan 64 tahun, menurut kantor berita Prancis AFP.

Awal bulan ini, pemerintah Yunani menghabiskan waktu berhari-hari menjelajahi Symi untuk mencari Dr Mosley, seorang dokter TV Inggris terkemuka yang menghilang setelah berjalan-jalan dari pantai. Mayatnya ditemukan di daerah berbatu, dan penyelidik menyimpulkan bahwa dia meninggal karena sebab alamiah pada hari dia hilang.

Tempat Wisata Populer di Yunani Tutup karena Gelombang Panas
Turis di Acropolis, Athena kepanasan saat suhu udara mencapai 42 derajat celsius pada 24 Juli 2022. (Louisa Goulimaki/AFP via Getty Images)

Tempat Wisata Populer di Yunani Tutup karena Gelombang Panas/Foto: AFP via Getty Images/LOUISA GOULIAMAKI

Kasus turis menghilang dan tewas di tengah gelombang panas membuat Yunani telah menutup beberapa tempat wisata paling populer, termasuk Acropolis, dilansir dari Skift.

Pekan lalu, pihak berwenang di Athena menutup situs kuno tersebut dari jam 12 siang hingga jam 5 sore setelah media lokal melaporkan wisatawan pingsan saat mengantri. Wisatawan yang telah memesan pada waktu tersebut diberitahu bahwa mereka dapat menggunakan tiket mereka di kemudian hari hingga lokasi ditutup pada jam 8 malam.

Ahli meteorologi dapat memprediksi gelombang panas hingga lima minggu sebelumnya, menurut Álvaro Pimpão Silva, petugas program di Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

WMO merilis data baru-baru ini yang menunjukkan bahwa 23 dari 30 gelombang panas paling parah sejak tahun 1950 di Eropa terjadi setelah tahun 2000. Lima gelombang panas paling parah terjadi dalam tiga tahun terakhir.

“Sangat terlihat bahwa kita melihat tren peningkatan kejadian panas ekstrem,” kata Silva. “Dan hal ini juga merupakan salah satu fenomena terpenting yang menyebabkan kematian berlebih.”

Respon Sejumlah Negara Eropa Hadapi Gelombang Panas
Fenomena gelombang panas (heatwave)/Foto: Freepik.com/ilovehz

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/ilovehz

Para ahli kebijakan di Uni Eropa mengatakan bahwa pemerintah di beberapa negara yang mengalami gelombang panas ekstrem belum siap menghadapi kondisi tersebut.

“Untuk saat ini, negara-negara tersebut belum siap menghadapi dampak perubahan iklim,” kata Cinzia de Marzo, Duta Besar Pakta Iklim Eropa yang berfokus pada keberlanjutan dan pariwisata. “Mereka tidak merencanakan.”

De Marzo mengatakan negara-negara tersebut cenderung lebih merespons situasi darurat dibandingkan membuat rencana.

“Keluhan utama dari sudut pandang wisatawan adalah informasi,” kata de Marzo “Mereka tidak mendapat informasi. Jika wisatawan mendapat informasi yang baik sebelumnya, mereka memahami bahwa mereka tidak ingin mempertaruhkan nyawa mereka.”

Untuk saat ini, negara-negara yang melakukan upaya tersebut, seperti Norwegia, Swedia, dan Denmark, sebagian besar berfokus pada pengumpulan data daripada perencanaan darurat.

Ada juga yang melakukan inisiatif kecil dalam menghadapi gelombang panas, seperti Barcelona. Pemerintah kota tersebut berupaya membangun jaringan 350 tempat perlindungan iklim di sekitar kota agar masyarakat dapat beristirahat dari panas.

Kota-kota rentan lainnya seperti Madrid tidak memiliki rencana untuk menutup tempat-tempat wisata, menurut departemen pariwisata kota tersebut.

“Apa yang terjadi di Yunani hanyalah contoh betapa negara dan pemerintahnya tidak siap menghadapi keadaan darurat ini,” tutup de Marzo.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin, Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!


(naq/naq)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *