Film Dilan 1990 yang pertama kali tayang pada 25 Januari 2018 telah sukses menyita perhatian masyarakat Indonesia saat itu.
Film yang diadopsi dari novel laris karya Pidi Baiq ini mengisahkan tentang romansa cinta anak SMA yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla. Kisah bermula saat Milea berpindah ke Bandung dan bertemu dengan sosok Dilan, salah satu murid yang terkenal dan juga menjadi anggota geng motor di kota kembang ini. Pertemuan ini membuat warna baru untuk kehidupan Milea dan Dilan.
Rumah Milea Ramai Dikunjungi, Walau Film Sudah Usai
Film Dilan 1990/Foto: beautynesia
Meski film Dilan 1990 telah 6 tahun berlalu, namun ada banyak hal ikonis yang masih melekat di ingatan banyak orang soal film ini. Mulai dari jaket jeans dan motor Dilan yang menjadi tenar hingga rumah Milea.
Bagai destinasi wisata, banyak anak muda yang berkunjung ke Bandung dan turut mampir ke rumah Milea, yang menjadi tempat syuting film. Di media sosial sering dibagikan sederet potret anak muda yang berfoto dari bagian depan pagar rumah klasik tersebut.
Hal tersebut membuktikan bahwa rumah Milea ini tetap ramai dikunjungi walau filmnya sudah usai.
Kini, Dilarang Berfoto di Rumah Milea
Dilarang berfoto di Rumah Milea, Bandung/Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar
Namun, kabar terkininya adalah adanya larangan untuk berfoto di rumah Milea.
Rumah yang kerap disebut Rumah Mileai ini terletak di daerah Malabar, Lengkong, Kota Bandung, dan termasuk dalam Bangunan Cagar Budaya Golongan B. Tin dan Penny, kakak beradik yang menjadi pemilik rumah dengan arsitektur khas masa kolonial ini.
Melansir detikJabar, keduanya membenarkan bahwa rumah tersebut kini tidak boleh dipakai foto lagi. Keinginan tersebut berasal dari warga sekitar.
“Ya saya awalnya silakan saja kalau ada yang sering berfoto. Tapi lama-lama warga sekitar itu terganggu, jadi semakin ramai yang datang. Terus menghalangi jalan, banyak mobil, lama-lama juga jadi banyak yang jualan di sini padahal kan nggak boleh,” ucap Tin pada detikJabar.
Selain mengganggu warga sekitar, sebenarnya hal ini juga bisa mengganggu penghuni rumah. Dalam ceritanya, Tin menyampaikan bahwa sering kali anak-anak muda lewat sambil teriak di depan rumahnya. Lalu, jajan-jajan sampai sampahnya berserakan.
Tin dan Penny sudah tak lagi muda, seharusnya tinggal menikmati ketenangan di rumahnya.
“Ya sebetulnya saya tidak terganggu. Tapi memang banyak anak muda yang suka lewat, teriak-teriak ‘Milea!! Milea!!’, terus juga kalau banyak yang jajan itu jadi bikin banyak sampah berserakan juga,” ungkap Tin.
Tin dan Penny mengungkap bahwa keduanya merasa tersanjung karena banyak yang menyukai rumah peninggalan orang tuanya itu. Namun, kunjungan yang dilakukan selama ini tak sebanding dengan dampaknya.
Selain berfoto dia, parkir sembarangan, nyampah atau menghalangi jalan, wisatawan yang datang juga ada yang sampai naik dan menduduki pagar. Hal ini membuat Tin dan Penny beberapa kali harus memperbaiki pagar yang rusak.
“Padahal yang datang ke sini mungkin orang-orang terpelajar, anak-anak muda, banyak yang ke sini juga datang jauh-jauh dari luar pulau terus mampir foto. Tapi ya sayangnya bukan cuma mengganggu, tapi juga pagar itu suka dinaikin, didudukin, jadinya pagarnya turun terus seret nggak bisa dibuka. Saya beberapa kali harus perbaiki,” sambungnya.
“Ya saya tidak bisa marah atau melarang, nanti saya takut dikira sok atau ada yang tidak terima. Saya sebetulnya cuma ingin ketenangan saja, ya sudah kami di dalam saja lah banyak kerjaan,” pungkas Tin.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!
(ria/ria)