Jamu adalah minuman tradisional khas Indonesia yang dibuat dari berbagai rempah-rempah serta tanaman herbal. Kaya akan manfaat untuk kesehatan, tak heran jamu tetap eksis hingga kini.
Tak hanya di dalam negeri, jamu juga berhasil menjadi warisan Indonesia yang membanggakan di kancah internasional. Sejak pandemi COVID-19, semakin banyak orang yang melek untuk menjaga kesehatan, dan tak sedikit yang mencari bahan-bahan alami untuk dikonsumsi.
Tapi sebenarnya, jamu lebih dari sekadar minuman yang bermanfaat untuk kesehatan, Beauties. Menurut Metta Murdaya, founder JUARA Skincare (lini perawatan kulit yang diilhami oleh jamu) dan penulis buku JAMU LIFESTYLE: The Indonesian Herbal Wellness Tradition, jamu adalah bentuk perawatan diri yang memuat kisah dan budaya Indonesia.
Akar dari JUARA Skincare
Juara Skincare/Foto: Instagram/juaraskincare
JUARA Skincare adalah merek kecantikan yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS). Konsep jamu dan penggunaan bahan-bahan alami menjadi inspirasi utama dari JUARA Skincare. Meski begitu, Metta mengakui bahwa akar dari JUARA Skincare sebenarnya adalah self-care atau perawatan diri.
JUARA Skincare hadir dari keresahan Metta, yaitu ketika ia menghabiskan waktunya untuk bekerja di salah satu perusahaan AS. Kesibukan dan rasa stres yang dialami membuat kondisi kulitnya memburuk. Ia pun berusaha mencari produk yang bisa membuat kulitnya lebih baik.
“Aku bekerja non stop, kurang tidur, akibatnya kulit aku menjadi kurang bagus. Akhirnya aku berpikir, bagaimana caranya aku bisa merawat diri,” ungkap Metta Murdaya saat ditemui Mirafestivalberlin di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (9/6).
Hingga suatu hari, Metta teringat akan keluarganya yang pergi ke London dengan membawa jamu. Ia pun akhirnya berpikir bahwa jamu adalah tradisi Indonesia yang bisa membantu untuk merawat tubuh hingga kulit wajah. Ia pun kemudian terinspirasi untuk membuat jamu sebagai skincare.
Menawarkan kualitas premium, JUARA Skincare memiliki tempat spesial tersendiri di hati para beauty enthusiast hingga selebriti ternama di Amerika Serikat.
Tantangan Memperkenalkan Jamu di AS
Metta Murdaya/Foto: Dok. Metta Murdaya
Berbasis di Amerika, ada tantangan tersendiri yang dihadapi Metta saat membawa nama jamu dalam JUARA Skincare. Masyarakat Indonesia tentu sudah familiar betul dengan jamu. Tapi berbeda halnya dengan warga Amerika yang memiliki budaya berbeda.
Menurut Metta, budaya di Amerika tidak mengenal perawatan tubuh yang bisa dinikmati dan berdampak besar bagi tubuh. Berbeda dengan Indonesia, ada banyak kebiasaan merawat diri yang bermanfaat baik kesehatan mental maupun fisik. Sebut saja minum jamu, luluran, hingga pijat.
Salah satu prinsip dari jamu yang berusaha dikenalkan Metta kepada banyak orang adalah jamu bukan hanya minuman atau obat tradisional. Lebih dari itu, jamu mengandung banyak kisah dan budaya Indonesia.
“Jamu itu minuman, namun apa, sih, bedanya dengan minuman herbal lainnya? Apa bedanya jamu dengan ginger shot? Apa, sih, bedanya kalau cuma rempah-rempahnya saja? Tidak ada bedanya. Tapi, jamu itu menjadi berbeda karena ada cerita, sejarah, dan kultur yang harus kita pahami. Cara konsumsinya, cara meramunya, itu semua kan khas Indonesia,” tutur Metta.
Buku Jamu Lifestyle
Buku Jamu Lifestyle/Foto: Jamu Lifestyle
Tidak hanya melalui JUARA Skincare, Metta juga memperkenalkan jamu kepada dunia melalui buku yang ditulisnya, bertajuk JAMU LIFESTYLE: The Indonesian Herbal Wellness Tradition.
Melalui buku tersebut, Metta bercerita soal jamu sebagai filosofi dari gaya hidup. Ada pula sejarah dan resep jamu, ritual perawatan kecantikan, kisah-kisah pribadinya, hingga komunitas jamu.
Tak hanya itu, Metta juga membagikan tiga pilar dari jamu melalui buku Jamu Lifestyle. Tiga pilar tersebut adalah pencegahan dan perawatan, awareness of senses, dan komunitas.
“Pilar pertama, jamu sebagai pencegahan dan perawatan. Jamu itu bukan hanya untuk mengobati, tapi juga untuk mencegah penyakit. Jadi nggak harus nunggu jatuh sakit dulu baru minum jamu,” ungkap Metta.
“Misal kunyit asam, nggak mesti nunggu sakit dulu baru diminum. Atau beras kencur dikasih ke anak, bukan karena anaknya sakit, tapi untuk meningkatkan nafsu makan,” tambahnya.
Pilar kedua, awareness of senses atau kesadaran akan indera. Metta menyebut bahwa masyarakat Indonesia sangat peka akan rasa. Tidak semua negara memiliki kultur seperti ini.
“Kultur indonesia itu kita sangat sadar akan yang namanya rasa. Kita sangat excited soal makanan dan minuman. Ktia bisa cerita ke temen makanan ini enak banget, sampai orang-orang mau mencoba juga. Tidak semua kultur seperti itu,” ujar Metta.
[Gambas:Instagram]
Sama halnya seperti saat mengonsumsi jamu, kita bisa mengajak seluruh indera kita untuk menjadi lebih peka dan sadar atas apa yang dikonsumsi.
“Kalau minum jamu harus ada kesadaran dan awareness, ini rasanya seperti apa? Efeknya ke tubuh apa? Itu penting sekali. Karena kalau nggak tahu apa yang kita rasakan, bagaimana kita tahu apa yang kita butuhkan?” tambahnya.
Pilar ketiga, komunitas. Melalui pilar ini, Metta ingin menunjukkan bahwa menjadi bagian dari komunitas merupakan bentuk dari merawat diri. Ada interaksi antar manusia yang bisa tercipta dari jamu.
“Jamu selalu punya cerita. Misalnya seorang nenek memberi jamu ke cucu. Mungkin cucunya akan berpikir bahwa jamu itu pahit. Namun, itu sebenarnya bentuk kasih sayang dari nenek ke cucunya. Efeknya pasti berbeda. Jadi bukan soal minuman, tapi juga cerita antar manusia,” ungkap Metta.
Tak hanya itu, buku Jamu Lifestyle juga menyoroti para kontributor utama di industri jamu, seperti kisah-kisah pribadi para ikon di industri termasuk Irwan & Maria Hidayat (ayah dan anak perempuan, sekaligus pemilik Sido Muncul), Nova Dewi Setiabudi (Pendiri/CEO Suwe Ora Jamu), Vincent Suprana (Pemilik Jamu Jago), Jony Yuwono (Pendiri/CEO Acaraki), Horatio Romulus (CEO Jamu Mentjos), dan Vanessa Ong (Pendiri/CEO Nona Kalani).
Self Care ala Metta Murdaya
Metta Murdaya, Founder JUARA Skincare/Foto: Mirafestivalberlin/Nadya Quamila
Seperti sudah disinggung sebelumnya, merawat diri menjadi akar utama dari JUARA Skincare. Lantas, apa tips Metta Murdaya dalam merawat diri di tengah era yang serba cepat seperti sekarang ini?
“Aku selalu bilang ke tim aku dan diriku sendiri, awareness of the senses itu sangat penting. Jangan sampai kita udah mental breakdown 100 persen baru cari cara untuk mengatasinya. Misal kita udah tahu tingkat stres kita udah di tahap 80 persen, langsung break, langsung istirahat, jangan nunggu sampai 100 persen stres,” ujarnya.
“Sama halnya seperti kita makan. Jangan makan sampai kenyang. Makan sampai 80 persen kenyang. Berlaku juga buat kesehatan mental kita, jadi lebih baik mencegah daripada mengobati,” tambahnya.
Cara merawat diri ada banyak bentuknya, bisa dimulai dari hal-hal kecil namun berdampak. Misal, menggunakan skincare.
“Menggunakan skincare, misal hanya lima menit. Namun, dalam lima menit itu bisa mejadi momen bagi kita untuk merasakan apa yang terjadi, bikin wajah lebih rileks, menggunakan skincare itu bentuk self care,” tutup Metta.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin, Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)