Genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina sejak 7 Oktober 2023 telah memakan korban hingga lebih dari 50 ribu nyawa, menurut laporan dari Euro-Med Monitor. Aksi keji Israel ini menuai kecaman dan dikutuk oleh dunia internasional.
Selain Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang jadi sorotan atas aksi kejinya, belakangan ini nama May Golan, Menteri Kesetaraan Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Israel, juga menjadi perbincangan di media sosial.
May Golan mengatakan bahwa dirinya bangga atas kehancuran yang dilancarkan pasukan Israel di Gaza. Ia bersukacita atas penderitaan yang dirasakan oleh rakyat Gaza akibat ulah Israel.
“Saya pribadi bangga dengan kehancuran di Gaza, dan bahwa setiap bayi, bahkan 80 tahun dari sekarang, akan menceritakan kepada cucu-cucu mereka apa yang dilakukan orang-orang Yahudi,” katanya dalam pidato yang disampaikannya pada Februari 2024, dilansir dari The New Arab.
Dalam pidato yang sama, politisi tersebut melanjutkan pembicaraan tentang menangkap Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, dengan cara yang keji.
“Kami tidak malu untuk mengatakan bahwa kami ingin melihat para prajurit IDF, para pahlawan suci kami, menangkap Sinwar dan para terorisnya di telinga mereka dan menyeret mereka melintasi Jalur Gaza ke ruang bawah tanah penjara,” katanya.
Kontroversi May Golan
May Golan/Foto: Instagram/maygolan8
Ini bukan pertama kalinya menteri dari kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggunakan bahasa yang kejam dan mengkhawatirkan. Bukan pertama kalinya pula bagi May Golan untuk menerima kecaman dari netizen di media sosial.
Golan pernah menyebut pengungsi dari Afrika sebagai “penyusup Muslim”, penjahat, dan pemerkosa, menurut laporan tahun 2023 di The Guardian. Ia dilaporkan mengatakan bahwa dirinya “bangga menjadi seorang rasis”.
Pada 2023, Golan diangkat sebagai duta besar Israel untuk New York. Langkah ini dikritik secara luas oleh mantan diplomat Israel yang mengatakan bahwa ia adalah sosok yang memecah belah dan tidak cocok untuk peran tersebut.
Sejak serangan Israel terhadap Palestina pada Oktober 2023, kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mendokumentasikan penggunaan bahasa yang bersifat tidak manusiawi tentang warga Palestina secara berulang-ulang yang digunakan oeh politisi senior Israel, pejabat militer, dan tokoh media.
Sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan Januari oleh Law for Palestine, sebuah organisasi hak asasi manusia nirlaba yang berbasis di Inggris, mendokumentasikan lebih dari 500 kasus yang mengungkap “adanya hasutan untuk melakukan kekerasan dan niat genosida” yang dilakukan oleh pejabat Israel terhadap warga Palestina sejak Oktober 2023.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin, Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)