Life

Cetak Sejarah Punya Presiden Perempuan Pertama, Ini Fakta Kelam di Balik ‘Pemilu Berdarah’ Meksiko

×

Cetak Sejarah Punya Presiden Perempuan Pertama, Ini Fakta Kelam di Balik ‘Pemilu Berdarah’ Meksiko

Sebarkan artikel ini


Pertama dalam sejarah, Meksiko punya presiden perempuan pertama. Claudia Sheinbaum berhasil terpilih menjadi presiden Meksiko selanjutnya, Senin (3/6).

Warga merayakan terpilihnya Sheinbaum sebagai presiden Meksiko. Kemenangan ini diharapkan dapat menjadi langkah besar untuk kaum perempuan. Sebab, Meksiko merupakan negara yang marak dilanda kekerasan terhadap perempuan.

Namun, di balik sejarah terpilihnya presiden perempuan pertama, ada fakta kelam yang menyertai jelang pemilihan umum di Meksiko.

Dilaporkan Reuters, lebih dari 30 kandidat dibunuh menjelang pemungutan suara pada Minggu (2/6). Tak hanya itu, banyak politisi lokal dan walikota yang juga terbunuh.

Pemilu Berdarah di Meksiko
Meksiko negara yang berbahaya bagi solo traveler perempuan/Foto: Pexels/Ricky Esquivel

Ilustrasi//Foto: Pexels/Ricky Esquivel

Jelang pemilu, seorang calon Wali Kota di wilayah Meksiko tewas ditembak saat kampanye. Dilansir dari AFP, Alfredo Cabrera yang merupakan kandidat Wali Kota Coyuca de Benitez didekati seseorang yang kemudian melepaskan tembakan beberapa kali ke arahnya. Cabrera dilaporkan langsung tewas di tempat kejadian.

Lalu, belum genap 24 jam, seorang Wali Kota di wilayah Meksiko bagian barat tewas dibunuh usai Claudia Sheinbaum terpilih menjadi presiden Meksiko, Senin (3/6).

Dilansir dari AFP,  Wali Kota perempuan yang memimpin kota Cotija bernama Yolanda Sanchez Figueroa ditemukan tewas dibunuh pada Senin (3/6) waktu setempat. Luka tembak ditemukan pada tubuh Sanchez. Menurut laporan media lokal, Sanchez tewas ditembak di jalanan umum.

Kematian Sanchez menambah daftar panjang kasus serupa di Meksiko, membuat pemilu yang digelar tahun ini sebagai ‘pemilu berdarah’. Sebenarnya, apa yang terjadi?


Penyebab Pemilu Berdarah di Meksiko
Ilustrasi Pemilu /Foto: Pexels/ Element5 Digital

Ilustrasi/Foto: Pexels/ Element5 Digital

Pada saat Claudia Sheinbaum terpilih sebagai presiden perempuan pertama Meksiko, para pemantau pemilu mencatat ada 129 peristiwa kekerasan politik yang menyasar pejabat selama pemilu lokal, negara bagian, dan federal, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED).

Dilansir dari Insight Crime, setiap wilayah di Meksiko adalah ‘rumah’ bagi berbagai kelompok kejahatan terorganisir dengan tingkat kecanggihan yang berbeda-beda, yang kepentingan kriminalnya terkait dengan dinamika ekonomi dan politik lokal yang mendorong persaingan yang penuh kekerasan.

Skala kekerasan, yang mencakup 102 pembunuhan politik, serta penculikan, penghilangan paksa, percobaan pembunuhan, dan serangan terhadap anggota keluarga, staf kampanye, dan infrastruktur resmi seperti kotak suara, menjadikan musim pemilu ini sangat memprihatinkan, menurut Tiziano Breda, Associate ACLED Koordinator Analisis untuk Amerika Latin.

Menurut Breda, kekerasan yang terjadi disebabkan oleh dua alasan utama, yaitu skala pemilu dan tingkat kriminal di Meksiko yang terus meningkat.

“Kekerasan ini disebabkan oleh dua alasan utama: besarnya pemilu, yang merupakan pemilu terbesar dalam sejarah negara ini, dan juga merupakan konsekuensi dari bagaimana lanskap kriminal di Meksiko telah berkembang menjadi semakin banyak kelompok yang terpecah belah dengan portofolio ekonomi yang beragam. bersaing untuk mendapatkan pengaruh, dan karena itu memperburuk kekerasan,” katanya.

Bukan pertama kali terjadi, pemilu sebelumnya juga diwarnai dengan kekerasan ekstrem. Negara ini mencatat 145 pembunuhan bermotif politik terhadap individu yang terkait langsung dengan proses pemilu selama pemilihan presiden tahun 2018 dan 88 pembunuhan selama pemilihan gubernur tahun 2021, menurut data yang dikumpulkan oleh lembaga pemikir Meksiko, Laboratorio Electoral.


Tantangan untuk Claudia Sheinbaum
Claudia Sheinbaum

Claudia Sheinbaum/Foto: Instagram Claudia Sheinbaum

Di sisi lain, analis keamanan David Saucedo mengatakan kepada Associated Press bahwa kartel narkoba kemungkinan akan mencoba memaksa pemilih untuk mendukung kandidat favorit mereka. Sebagai informasi, kartel narkoba adalah organisasi kriminal yang dijalankan oleh gembong narkoba yang bekerja sama untuk mendapatkan lebih banyak uang dan menguasai perdagangan narkoba.

Kartel menjadi semakin berbahaya, mereka kini mempunyai senjata lengkap dan berpengaruh secara politik. Menurut laporan NPR, lebih dari 30 ribu orang dibunuh setiap tahun di Meksiko, dibandingkan dengan sekitar 18.500 orang di AS pada tahun 2023. Dari 10 kota yang dinobatkan paling berbahaya di dunia, tujuh di antaranya ada di Meksiko.

Kekerasan kartel narkoba yang memicu pembunuhan dan penculikan adalah kejadian sehari-hari, yang pilunya, kerap disaksikan warga. Meksiko juga merupakan tempat yang berbahaya bagi perempuan.

“Sayangnya, Meksiko dikenal dengan tingginya tingkat kekerasan berbasis gender terhadap perempuan yang melakukan pembunuhan terhadap perempuan, di mana jumlah perempuan yang dihilangkan terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujar Stephanie Brewer, Direktur Meksiko di Kantor Washington untuk Amerika Latin (WOLA), kepada CNN.

Sebagai presiden terpilih selanjutnya, Claudia Sheinbaum tentu akan menghadapi banyak tantangan, termasuk kekerasan kartel narkoba yang terus-menerus, negara yang terpecah belah, program sosial yang kekurangan dana, dan mentornya, Presiden Andrés Manuel López Obrador yang akan segera mengakhiri masa jabatannya, sebagaimana dilansir dari AP.

Namun bagi sebagian analis, hal ini sebagian besar disebabkan oleh tiga hal: uang, dialog, dan hasil pemilihan presiden AS.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin, Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!


(naq/naq)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *