Beauties pasti sering mendengar peribahasa “Mulutmu adalah harimaumu”, bukan? Yap, peribahasa tersebut mengingatkan kita agar selalu berhati-hati dalam berucap.
Sebab, apa yang kita ucapkan bisa menyerang diri kita sendiri. Dan bisa juga sampai menyakiti hati orang lain.
Seperti kisah Gubernur Prefektur Shizuoka, Jepang, Heita Kawakatsu. Karena ucapan kontroversialnya, membuatnya dihujat hingga berakhir mundur dari jabatan.
Simak profil dan kisahnya di sini yuk!
Ini Profil Heita Kawakatsu
Profil Heita Kawakatsu/Foto: Wikipedia
Heita Kawakatsu lahir pada 16 Agustus 1948. Ia menjabat sebagai Gubernur prefektur Shizuoka, Jepang dari 2009-2024.
Ia memiliki jejak pendidikan yang mentereng. Diketahui, pada 1972 Kawakatsu menyelesaikan pendidikan dari Fakultas Ilmu Politik dan Ekonomi dan langsung mengejar gelar Master di Waseda University. Lalu, 1985 ia meraih gelar doktor dari Oxford University.
Setelahnya, ia menjabat sebagai Profesor di kampus yang sama ia mengejar pendidikan S1-S2nya. Sempat menjadi Profesor di Pusat Penelitian Internasional untuk Studi Jepang. Lalu, menjadi Rektor di Universitas Seni dan Budaya Shizuoka.
Sampai tiba pada 2009, ia menjabat sebagai Gubernur Prefektur Shizuoka, Jepang. Ia menjabat sebagai gubernur selama 15 tahun, hingga akhirnya memilih mundur.
Mundur dari Jabatan Setelah Menghina Tukang Sayur
Ilustrasi kota Jepang/Foto: freepik.com/freepik
Mundurnya Heita Kawakatsu dari jabatannya ini, setelah ia melontarkan pernyataan yang kontroversial.
Dalam pidato Kawakatsu saat acara pelantikan pegawai negeri sipil baru untuk Prefektur Shizuoka, ia mengatakan bahwa mereka yang dilantik ke dalam pemerintahan adalah orang-orang cerdas, tidak seperti penjual sayur.
“Semua orang di sini adalah orang yang cerdas dan cerdas. Tidak seperti mereka yang menjual sayuran, beternak, dan membuat sesuatu,” ucapnya.
Melansir Kyodo News, ia juga mengatakan kepada para pegawai negeri sipil yang baru untuk tetap jujur, menjaga bahasa mereka, dan berbelas kasih pada sekitarnya.
Namun, pernyataan tersebut ternyata membuat petaka. Pemerintah prefektur Shizuoka, Jepang menerima 430 pengaduan melalui telepon dan email terkait pernyataan yang dilontarkan Kawakatsu tersebut.
Pernyataannya disebut meremehkan. Namun ternyata, ini bukan kali pertama ia membuat kesalahan selama menjabat sebagai gubernur.
Tindakan Kontroversial Heita Kawakatsu Lainnya
Ilustrasi Jepang/Foto: Freepik.com/wichayada
Sederet kesalahan lain yang dilakukan oleh pria berusia 75 tahun ini saat menjabat adalah telah menghina perdana menteri Yoshihide Suga. Ia mengatakan bahwa Suga “kurang berpendidikan”, setelah pemerintah menolak untuk merekrut enam orang yang didukung oleh Dewan Sains Jepang, pada Oktober 2020 lalu.
Pada Desember 2020 lalu saat pandemi Covid-19, ia melanggar aturan bepergian dengan melakukan perjalanan ke Karuizawa, Nagano, padahal pemerintah prefektur telah menyarankan agar tidak bepergian. Lalu, Heita Kawakatsu pernah mengatakan kota Gotemba, yakni prefektur Jepang tengah hanya memiliki koshihikari (sejenis beras), sebagai makanan khas setempat.
Setelahnya, pernah juga membuat peringkat wilayah di prefekturnya berdasarkan seberapa “berbudaya” wilayah tersebut.
Itulah sederet hal kontroversial yang telah dilakukan oleh Heita Kawakatsu. Atas tindakannya itu, sebenarnya ia telah disarankan untuk mengundurkan diri oleh majelis prefektur Shizuoka pada 2021 lalu.
Namun, baru pada 2 April 2024 ia memutuskan untuk mengundurkan diri.
Alasan Heita Kawakatsu Mundur
Dalam konferensi persnya, ia mengatakan alasan yang membuat mundur dari jabatan ini adalah karena keyakinannya telah memenuhi tugasnya dalam menentang rute kereta Tokyo-Nagoya Maglev berkecepatan tinggi milik Central Japan Railway Co.
Dalam kesempatan yang sama tersebut, ia menolak untuk menarik kembali pernyataan yang viral. Namun, ia menyampaikan permohonan maafnya.
“Saya benar-benar minta maaf karena telah menyakiti perasaan orang-orang yang bekerja di sektor primer,” ucap Kawakatsu.
Diketahui, Kawakatsu telah lama menentang proyek kereta dengan kecepatan 500 km/jam tersebut, karena alasan kekhawatiran atas dampak lingkungan. Maglev shinkansen ini akan melintasi bagian utara prefektur Shizuoka.
“Sejak masalah maglev mencapai titik balik, saya telah mencapai tujuan utama tugas saya,” katanya
Pejabat Jepang ini secara resmi mundur dari jabatannya pada 10 April 2024 lalu.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Mirafestivalberlin? Yuk gabung ke komunitas pembaca Mirafestivalberlin Mirafestivalberlin.com. Caranya DAFTAR DI SINI!
(ria/ria)